Tari Cepetan


sejarah

Pada tahun 1943, 5 tahun bangsa Jepang dan Belanda meninggalkan nusantara. Tata kelola negara belum tertata dengan sempurna. Wabah kematian bertubi-tubi, ibarat sore sakit, paginya meninggal, pagi sakit, sore meninggal. Penyakitnya adalah boak, beri-beri dan busung lapar. Rakyat kurang sandang, kurang papan, kurang pangan, terlebih kurang pendidikan.

Di Kabupaten Kebumen sebelah utara, tempatnya disusun Karangjoho, Karanggayam, tokoh masyarakat mengerakan rakyat untuk membuka hutan dan bercocok tanam. Akibat aroma para petani, seisi hutan berupa raksasa, gajah, macan dan monyet kabur kalang kabut. Berkat anugerah Tuhan Yang Maha Agung, semua tanaman, seperti gaga tumbuh dengan subur. Ketela dan singkong "berbuah" besar-besar (sebesar gada). Disitulah, kemudian mereka bersuka cita, menciptakan seni tari topeng yang disebut Cepetan (topengan). Diciptakan oleh Bapak Lamijan, yang saat ini disebut Seni Tradisional Cepetan cinta karya budaya dari wilayah Karanggayam.

tujuan

Awalnya, Tari Cepetan ditujukan guna mengenyahkan rasa takut warga yang kala itu akan dilakukan pembukaan lahan permukiman di hutan Curug Bandung. Para warga setempat berinisiatif menghalau penjajah dengan bertransformasi sebagai "Cepet Alas" dengan topeng buatan. Dari sinilah Tari Cepetan terbentuk.

Di masa sekarang, tari cepetan menjadi kesenian daerah untuk dipentaskan.

Sumber: Disparbud Kebumen

Detail Pertunjukan Tari Cepetan

Tari Cepetan memadukan unsur tari, musik, dan drama dengan kostum topeng yang khas, sehingga menjadi daya tarik tersendiri.

Pemain/Penari

Biasanya dimainkan oleh beberapa penari yang mengenakan kostum dan topeng. Topeng yang digunakan sangat khas, dengan raut wajah menyerupai makhluk halus atau raksasa, berwarna merah, hitam, atau putih, dengan mata melotot dan taring.

Kostum

Penari mengenakan pakaian dari ijuk atau karung goni yang menutupi seluruh tubuh, memberikan kesan menyeramkan atau mistis. Ada pula yang menggunakan dedaunan kering atau serabut kelapa. Kadang dilengkapi dengan hiasan kepala menyerupai tanduk atau rambut gimbal.

Musik Pengiring

Diiringi oleh seperangkat gamelan sederhana, yang disebut "gamelan cilik" atau "gamelan penthul". Alat musik yang umum digunakan antara lain kendang, gong, saron, kenong, dan suling. Irama musiknya cenderung rancak dan dinamis, kadang diulang-ulang untuk menciptakan suasana magis.

Gerakan Tari

Gerakan Tari Cepetan cenderung dinamis, atraktif, dan ekspresif. Gerakannya seringkali menghentak-hentak, melompat, berputar, dan sesekali melakukan interaksi dengan penonton. Gerakan ini mencerminkan karakter makhluk halus yang lincah dan kadang menakutkan.

Cerita/Tema

Tari Cepetan umumnya tidak memiliki alur cerita yang kompleks. Lebih merupakan tarian atraksi yang menggambarkan sosok-sosok penjaga hutan, roh penunggu, atau makhluk mitologis. Tujuannya bisa untuk mengusir roh jahat, meminta kesuburan, atau sekadar hiburan.

Atraksi

Dalam beberapa pementasan tradisional, terutama di masa lalu, Tari Cepetan dapat menampilkan atraksi magis atau kekebalan tubuh, yang terkait dengan unsur mistis dalam tarian ini.

pementasan

Meskipun masih menghadapi tantangan dalam hal regenerasi dan pendanaan, keberadaan Tari Cepetan di masa sekarang menunjukkan vitalitas dan kemampuan beradaptasi seni tradisional. Dengan dukungan berbagai pihak, diharapkan Tari Cepetan akan terus hidup dan bahkan berkembang menjadi ikon budaya Kebumen yang dikenal luas.